Rabu, 20 Oktober 2010

IDUL FITRI DI PULAU DEWATA BALI

Pada tahun 2009 saya merayakan idul fitri di kota Makassar, kampung halaman saya, karenanya tahun 2010 ini saya dan istri sepakat untuk merayakan idul fitri di Bali dan ini adalah pertama kalinya saya dan keluarga merayakan lebaran idul fitri di Klungkung, Bali
Karena beberapa kesibukan, saya memutuskan untuk berangkat belakangan. Istri dan anak saya berangkat lebih dulu pada tanggal 31 Agustus 2010 dengan menggunakan pesawat Lion. Alhamdulillah harga tiketnya masih dapat yang promo dengan harga Rp. 369 ribu/orang. Pada tanggal 3 September 2010, barulah saya menyusul istri dan anak saya ke Bali. Kurang lebih pukul 21.31 Wita pesawat lion yang saya tumpangi mendarat di Bandara Ngurah Rai Denpasar. Istri dan anak saya, bapak dan ibu mertua serta beberapa keponakan sudah menunggu untuk menjemput di bandara.
Waduh betapa senangnya hati saya berjumpa dengan mereka khususnya anak dan istri saya tapi yang lebih senang lagi, karena saya akan mendapatkan pengalaman baru, merayakan lebaran idul fitri di Kota Bali. Beberapa pertanyaan mengemuka dalam pikiran saya, bagaimanakah suasana lebaran di kota yang penduduknya mayoritas beragama hindu ini?, Adakah suasana lebaran di Bali seperti di kota-kota lainnya yang ramai dan meriah? Bagaimanakah Umat Muslim merayakan lebaran di Kota ini?

Semarak Menyambut Lebaran di Kampung Lebah Klungkung
Untuk beberapa saat, pertanyaan-pertanyaan itu terus menggaluyuti pikiran saya dan akhirnya tibalah pada hari terakhir bulan ramadhan, hari kamis tanggal 9 September 2010 malam.
Sejak memperhatikan, ternyata, masayarakat muslim Bali khususnya di Kabupaten Klungkung sangat antusias menyambut Idul Fitri. Sejak siang Ibu-ibu sibuk mempersiapkan makanan-makanan khas untuk disantap di hari lebaran seperti Uli (Ketan dicampur kelapa yang ditumbuk), opor ayam dan ketupat. Seakan tidak mau kalah dengan ibu-ibu, para remaja-remaja juga sibuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk melaksanakan takbir keliling termasuk menghiasi mobil dengan semacam kubah masjid dan melengkapinya dengan sound system.
Selepas sholat Isya takbir keliling pun dilakukan. suasana di sepanjang jalan dekat Masjid Al Hikmah Klungkung pun menjadi ramai dan padat. Beberapa orang polisi saya lihat hadir untuk mengatur lalu lintas. Tapi pikiran saya kembali menggelitik, adakah suasana ini juga terjadi di tempat-tempat lain di Pulau Bali ini? Karena penasaran dan kebetulan juga saya ingin beli sandal, akhirnya setelah menyaksikan remaja-remaja masjid Al Hikmah Klungkung berangkat takbir keliling, saya putuskan untuk berangkat ke Denpasar bersama dengan istri, anak dan keponakan istri.
Dari Klungkung menuju Denpasar saya harus melewati kabupaten Gianyar. Sepanjang jalan menuju Denpasar, saya mencoba celingak celinguk mencari suasana-suasana seperti yang ada di Klungkung tapi ternyata tidak ada bahkan saya tidak ada mendengar suara takbiran. Suasananya sepi seperti malam-malam biasanya.
Di Denpasar saya langsung menuju Matahari Departemen Store untuk membeli sandal. Woow…. ternyata di Matahari pengunjungnya sangat ramai. Kalau diperhatikan sebagian besar yang berbelanja adalah umat muslim yang ingin merayakan hari idul fitri besok harinya, hal itu dapat dilihat dari pakaian jilbab yang digunakannya oleh kaum perempuannya. Setelah membeli sendal, karena sudah jam 21.30 Wita kami memutuskan langsung pulang. Sepanjang perjalanan pulang, ternyata suasananya juga sepi.

Sholat ‘Idul Fitri Di Lapangan Depan Kantor Bupati Klungkung
Pagi harinya, tanggal 10 September 2010, Umat Muslim Klungkung Bali berbondong-bondong untuk melaksanakan sholat idul fitri. Pelaksanaan sholat idul fitri tahun ini dipusatkan di Lapangan Depan Kantor Bupati Klungkung.
Suara takbir dikumandangkan dan menggema dari lapangan tempat sholat “iid dilaksanakan. Semua jamaah pun turut serta mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid karena begitulah diperintahkan oleh Allah SWT pada hari raya idul fitri untuk mengumandangkan takbir sebagai pengakuan hamba terhadap kebesaran Allah SWT.
Mendekati jam 7.00 Wita jamaah sholat “iid semakin ramai memadati lapangan dan tepat jam 7.15 Wita, sholat ‘Iid pun dilaksanakan lalu dilanjutkan dengan Khutbah “iid yang kali ini disampaikan oleh Kapten Suryadi (Komandan Kodim Klungkung). Ada sebuah tradisi di Bali Khotib ‘Iid selalu diberikan kepada pejabat yang “kebetulan” beragama Islam (soalnya sangat jarang ada pejabat yang beragama Islam, biasanya yang dijabat oleh Muslim itu di kepolisian dan TNI).
Setelah sholat ‘Iid sambil bergegas pulang ke rumahnya masing-masing, para jamaah bersalam-salaman satu dengan lainnya sambil mengucapkan permohonan maaf.
Sesampai di rumah salam-salaman pun dilakukan. Dimulai dengan menyalami dan mencium tangan bapak dan ibu sambil mengucapkan permohonan maaf lalu seterusnya. Suasananya begitu khidmat, semuanya seolah berlomba ingin meminta maaf dan memberi maaf karena mengharapkan diri yang suci di hari yang fitri. Segala dosa dan khilaf ingin ditanggalkan. Tidak jarang dalam momen-momen seperti ada yang meneteskan air mata karena mengingat dosa-dosa yang telah dilakukan baik yang disengaja ataupun tidak pada masa lampau khususnya terhadap orang tua. Inilah momen yang paling ditunggu-tunggu oleh setiap orang pada hari lebaran, makanya tidak heran kalau pada hari menjelang lebaran, orang-orang banyak yang melakukan mudik bahkan kadang-kadang terkesan dipaksakan.
Salam-salaman pun selesai, acara berikutnya adalah menyantap panganan lebaran, mulai dari ketupat, opor ayam, daging tum dan kue-kue lebaran juga tidak ketinggalan. Makanan yang di hari-hari biasa tidak ada, di hari ‘Iid ini diadakan, semua untuk merayakan kemenangan setelah melaksanakan puasa sebulan penuh dalam ramadhan.
Ternyata berlebaran di Bali tidak kalah serunya dibanding di daerah-daerah lain yang mayoritas penduduknya muslim. Di Bali, walaupun penduduk muslimnya minoritas tapi tidak mengurangi semangat untuk menyemarakkan hari kemenangan (idul fitri) setelah sebulan penuh berpuasa.